MTBFM.CO.ID – Para orang tua memiliki anak lebih dari dua? Jika iya, tentunya harus memberi kasih sayang dan perhatian yang sepadan. Sebab, ada tipikal seorang anak yang cenderung diabaikan atau middle child syndrome atau sindroma anak tengah.
Anak tengah yang mengalami sindroma biasanya lebih sensitif terhadap perlakuan dari orang tua terhadapnya atau saudaranya. Selain itu, anak tengah juga cenderung memberikan reaksi tipikal seperti memberontak, menarik diri, marah, protes, dan lain sebagainya bahkan anak akan berusaha menarik perhatian orang tua.
Rudi Cahyono MPsiDosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) mengatakan perhatian orang tua merupakan kunci agar tidak terjadi middle child syndrome pada anak tengah. Untuk mencegah hal tersebut, orang tua harus segera menyadari dan menyamaratakan perhatian kepada anak-anaknya.
“Bahwa kehadiran anak ketiga mulai menarik perhatian kakak-kakaknya, sedangkan perhatian ibu mulai tercuri. Orang tua harus mengembalikan perhatian tersebut hingga sama rata,” kata Rudi, Senin (31/8/2020).
Menurutnya, anak tengah harus diperhatikan seperti semua anaknya tanpa kurang. Anak tengah harus mendapat kasih sayang seperti saudaranya yang lain.
“Dia juga bisa kena marah sebagaimana saudara yang lain juga dimarahi,” ujarnya.
Caranya, orang tua dapat melakukan kegiatan bersama dengan semua anaknya untuk menetralisir dari perasaan terabaikan pada salah satu buah hatinya. Ayah, ibu, kakak, dan adik semua beraktivitas bersama.
Orang tua juga dapat memberikan tugas bersama dan berbagi tanggung jawab yang bisa berdampak timbal balik. Seperti, kakak bertugas membantu adik belajar, kakak bisa membantu anak kedua dan anak tengah diberikan tugas membantu adiknya.
“Tetapi jangan lupa diapresiasi atau dimunculkan kesan bahwa pemberian tugas tersebut adalah karena kemampuan anak atau kepercayaan dari orang tua,” ucapnya.
Akan tetapi, bila reaksi anak kedua sudah mengarah pada konflik keluarga, seperti anak tengah dengan orang tua atau masalah anak tengah dengan saudaranya. Maka orang tua bisa mengajak anak berbicara dengan suasana yang egaliter atau sederajat. Tentunya dengan mengurangi tendensi untuk membahas persoalan tersebut akan membuat suasana lebih tenang.
Ibu dan ayah juga harus membangun suasana yang alamiah untuk mengobrol. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan ruang bagi anak untuk mengungkapkan apa yang dipikirannya atau yang dirasakan.
“Dari situ orang tua bisa melakukan follow up dengan langkah pertama yang sangat ampuh adalah meminta maaf. Orang tua menceritakan bahwa hal tersebut bukan suatu kesengajaan. Kemudian, orang tua berjanji untuk melibatkan semua anak seperti mengajak mengobrol, berbagi, termasuk untuk meminta pertimbangan,” pungkasnya.
( src : DTK / M )