MTBFM.CO.ID – Telah lama Buaya menjadi penguasa tunggal sungai Kalimas. Semua makhluk air takut dan tunduk kepadanya. Beberapa makhluk darat juga takut kepada Buaya. Karena mempunyai kekuasaan, Buaya menjadi penguasa yang kejam dan bengis. Dia memerintahkan agar setiap makhluk penghuni sungai Kalimas memberi persembahan kepadanya. Setiap hari dia minta disediakan makanan berupa ikan-ikan segar. Hal ini membuat semua makhluk air menjadi gelisah, tetapi mereka tidak berani melawan. Mereka tidak berdaya. Mereka hanya bisa pasrah.

Suatu hari, datanglah seekor ikan hiu ke sungai Kalimas. Hiu bernama Sura itu memasuki wilayah kekuasaan Buaya. Sura menyatakan diri sebagai raja di sungai Kalimas. Sura tidak lebih baik dari Buaya. Sura juga meminta agar semua makhluk air di sungai Kalimas memberi persembahan kepadanya.

Merasa ada penyusup yang menduduki wilayahnya, Buaya menjadi marah. Buaya menjadi murka. Dia mendatangi Sura. Dia mengusir Sura. Dia menyuruh Sura untuk meninggalkan sungai Kalimas. Sura menantang Buaya untuk memperebutkan wilayah kekuasaan. Mulailah mereka terlibat dalam suatu perkelahian.

Makhluk darat juga tertarik untuk pergi menyaksikan perkelahian Sura dan Buaya, mereka melewati sebuah kampung, penduduk kampung itu ingin tahu kemana mereka pergi.

“Suro Boyo,” jawab mereka sambil berjalan tergesa-gesa.

Penduduk kampung itupun pergi ke ‘suro boyo’ yaitu tempat Sura dan Buaya berkelahi, di sungai Kalimas.

Sementara itu, perkelahian telah berlangsung selama satu minggu. Perkelahian itu membuat Buaya kehabisan tenaga. Sura juga sangat kelelahan. Mereka menderita luka-luka. Tetapi, tak ada yang mau mengalah. Setelah beristirahat sejenak, mereka kembali saling menyerang. Mereka mengerahkan sisa-sisa tenaga, melancarkan serangan yang mematikan. Sura terkapar, tak bergerak. Buaya tergeletak, tak bergerak. Sura dan Buaya sama-sama mati.

Tempat di mana Sura dan Buaya berkelahi itu kemudian diberi nama Suroboyo (Surabaya). Jembatan di atas sungai Kalimas – yang menjadi merah karena darah Sura dan Buaya – itu disebut Jembatan Merah. Kemudian hari, Suroboyo (Surabaya) menjadi sebuah kota dagang dengan daerah sekitar Jembatan Merah sebagai pusat kota. Seiring berjalannya waktu, Suroboyo berkembang ke arah selatan.

 

( src : BDYJW / M )

 

 

What's your reaction?
3cool1bad1lol2sad

Add Your Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Copyright © 2012 –  2024. All rights reserved.