Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita, di Surabaya, Senin, mengatakan meski belum ada yang positif terkena virus corona atau COVID-19 di Surabaya, hingga kini pihaknya melakukan berbagai upaya untuk melindungi warga, salah satunya memproduksi sendiri cairan pembersih tangan.

“Inovasi ini dibuat sejak cairan yang berfungsi untuk membunuh bakteri itu sulit didapatkan di pasaran. Makanya kami melakukan produksi sendiri hingga saat ini masih terus memproduksi,” kata Feny, sapaan akrab Febria Rachmanita.

Dia menjelaskan terhitung sejak awal Maret, cairan antiseptik atau disinfektan yang berfungsi sebagai pembunuh virus dan bakteri itu mulai susah dicari. Sejak itulah, mulai dilakukan uji mikrobiologi dan terbukti tidak ditemukan pertumbuhan kuman.

“Awalnya kami buat lima liter dahulu pada 7 Maret,” ujarnya.

Cairan itu, kata dia, dibuat di RSUD Soewandhie dan dikerjakan oleh tenaga ahli tim farmasi.

Bahkan, pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan BPOM, dengan hasil bahwa pembersih tangan yang diproduksi dapat digunakan asal tidak diperjualbelikan.

“Kami sebar di tempat umum gratis tidak dipungut biaya sepeser pun, seperti di Mal Pelayanan Publik Siola, kantor pelayanan kecamatan, kelurahan, taman, balai kota, sekolah dan tempat wisata yang dikelola Pemkot Surabaya,” katanya.

Kepala Seksi Penunjang Medik RSUD Soewandhie Surabaya, Nevi Rahmi Alfiasari, menambahkan masa berlaku cairan pembersih tangan tersebut berdasarkan beyond used date (BUD) atau sesuai tanggal yang ditetapkan pada produk tersebut, yakni satu bulan setelah tanggal diproduksi.

“Di mana kondisi produk tersebut masih dalam rentang stabil dan dapat digunakan untuk produk ‘hand sanitizer’ adalah satu bulan sejak tanggal produksi,” kata Nevi Rahmi.

Namun demikian, Nevi menyebut, produk pembersih tangan itu tidak dapat digunakan untuk membersihkan kotoran mengingat fungsinya untuk membunuh virus dan bakteri.

“Jadi supaya tidak menggunakan sebagai pembersih kotoran,” katanya.