MTBFM.CO.ID – Pasar Simo Surabaya ditutup 14 hari sejak Kamis (7/5) hingga Rabu (20/5). Pasar ini ditutup setelah salah satu pedagang dinyatakan positif COVID-19. Lalu bagaimana hasil tracing terhadap Klaster Pasar Simo?
dr Joni Wahyuhadi Ketua Gugus Kuratif Penanganan COVID-19 Jatim, mengatakan kronologi awal mengapa Pasar Simo ditutup yakni adanya pedagang ayam potong dinyatakan positif COVID-19.
Sebelumnya pada (23/4) lalu, sepasang suami istri berusia 72 tahun dan 65 tahun, yang sehari-hari berdagang di Pasar Simo Surabaya, menjalani opname di RS Unair.
“Pada 26 April, suaminya meninggal. Dinyatakan positif COVID-19 pada 1 Mei. Kemudian kita berduka ya, istrinya juga meninggal pada 2 Mei,” kata Joni, Rabu (13/5/2020).
Joni membeberkan hasil tracing terhadap klaster Pasar Simo. Tim tracing mengumpulkan keterangan dari Puskesmas Simomulyo dan Banyuurip. Selain itu dilakukan rapid test kepada 30 orang yang memiliki kontak dengan korban.
“Pada 26 April saat korban meninggal dunia, tim tracing atas perintah bu gubernur, mendatangi kelurahan dan sudah melacak keluarganya. Ada dua putranya, domisilinya terpisah dan sudah dilakukan rapid test,” terangnya.
Protokol kesehatan dalam menangani kasus di Pasar Simo tersebut, sudah dijalankan dengan cukup cepat. Anak-anak dari pasutri yang meninggal dan menantunya sudah dinyatakan negatif Corona setelah rapid test 2 kali. Selain itu keluarga tersebut juga telah menjalankan observasi mandiri selama 14 hari. Puskesmas Simomulyo juga telah melakukan rapid test terhadap 30 orang di sekitar tempat tinggal pasangan itu. Hasilnya, ada satu orang yang hasil rapid test-nya reaktif.
“Juga sudah dilakukan swab terhadap orang itu, tinggal menunggu hasilnya keluar. Tanpa menunggu, tim juga sudah melakukan tracing terhadap yang bersangkutan. Lalu pada 7 Mei lalu pasar ditutup,” ujarnya.
Joni mengatakan, Puskemas Simomulyo terus melakukan koordinasi dengan Puskemas Banyu Urip dan Puskesmas Balongsari. Semua orang yang sudah dilacak sudah diminta isolasi mandiri.
( src : DTK / M )