MTBFM.CO.ID – Usia pernikahan dini di Jatim di angka 12% di pedesaan akan lebih tinggi lagi rata rata di usia 16-18 tahun sudah menikah.
Drs Sukaryo Teguh Santoso M.Pd Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Rabu (4/11/2020), saat menggelar Sosialisasi Program Bangga Kencana, khususnya program GenRe (Generasi Berencana) dan persiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja, mengatakan, seorang remaja sangat perlu dibekali bagaimana sebuah Penyiapan Hidup Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR) mengingat masih cukup maraknya pernikahan di bawah usia 20 tahun di Indonesia dan khususnya di Jawa Timur.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, Sukaryo Teguh Santoso mengajak para pelajar untuk menghindari nikah dini, seks sebelum nikah dan NAPZA.
“Harapannya di dalam membangun keluarga jangan menggunakan prinsip gimana nanti tetapi nanti bagaimana, nah disitulah pentingnya perencanaan, ini bukan mengajari cara menggunakan alat kontrasepsi, tetapi lebih kepada mempersiapkan generasi yang mampu mempersiapkan dirinya di masa datang,” tutur Sukaryo.
Menurutnya, remaja juga bisa menjadi motivator bagi teman sebayanya. Selain itu, di tengah derasnya arus teknologi informasi, remaja juga harus pintar memanfaatkan teknologi dengan bijak agar tidak terjerumus ke hal-hal negatif.
Sementara itu, Sri Rahayu, anggota Komisi IX DPR RI, mengatakan, fase remaja merupakan fase yang sangat penting untuk terus meningkatkan ilmu pengetahuan dan tentunya menghindari pernikahan dini. “Usia seperti ini jangan sampai diganggu oleh hal-hal lain, seperti apa? Misalnya dimana usia-usia seperti ini belum siap untuk masuk usia pernikahan, yang berpotensi menimbulkan pernikahan di usia dini. Menikah di usia terlalu muda bisa beresiko pada kesehetan ibu, selain itu ketika belum siap melakukan reproduksi dan berpotensi menimbulkan stunting pada anaknya. Untuk laki-laki masih belum siap dalam mengemban tanggung jawab sebagai kepala keluarga baik secara finansial atau secara mental,”ujarnya.
( src : KOMINFO / M )